Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Puji syukur kepada Allah swt, shalawat buat Rasulullah saw.
Tak semudah membalik tangan upaya mewujudkan pembinaan
mental beragama dalam jiwa peserta didik, terutama pada sekolah tingkat
lanjutan pertama atau madrasah tsanawiyah. Masa-masa yang penuh dengan
tantangan dan godaan bagi kalangan generasi tersebut merupakan masa-masa sulit
bagi dalam memilah dan menentukan tujuan hidup. Dalam hal ini peran keluarga,
guru dan elemen masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya membangun karakter
mereka kearah yang dituntunkan oleh syari’at.
Dunia pendidikan hari ini membutuhkan bukti nyata dari
sebuah hasil yang diinginkan,karena pendidikan berpijak bukan pada ide-ide dan
teori belaka didikan. Apalahi kecendrungan manusia lebih mengarah pada melihat
langsung kenyataan di lapangan apa yang mereka dapatkan dan mempraktekkannya, sehingga
melekat dalam jiwa.
MTs Panyinggahan Maninjau, mencoba menerapkan pendidikan
berbasis penerapan langsung akan hakikat ilmu, terutama ilmu syar’i yang
menuntut pengamalan nyata. Dalam hal ini dapat diwujudkan melalui pembelajaran
ibadah yang merupakan kewajiban individu dan kolektif bagi seseorang yang
mengaku muslim. Mata Pelajaran tesrsebut tertuang dalam bentuk praktek ibadah.
Keterangan Gambar : Siswa MTs Panyinggahan Maninjau melaksanakan pembelajaran praktek wudhu' di tepian Danau Maninjau
MTs Panyinggahan Maninjau, mencoba menerapkan pendidikan
berbasis penerapan langsung akan hakikat ilmu, terutama ilmu syar’i yang
menuntut pengamalan nyata. Dalam hal ini dapat diwujudkan melalui pembelajaran
ibadah yang merupakan kewajiban individu dan kolektif bagi seseorang yang
mengaku muslim. Mata Pelajaran tesrsebut tertuang dalam bentuk praktek ibadah.
Pembelajaran Praktek Ibadah merupakan pembelajaran yang
menuntut siswa langsung mempraktekkan materi-materi ibadah, seperti praktek
berwudhu’, praktek shalat, penyelenggaraan jenazah, melafazkan bacaan zikir dan
do’a, khutbah Jum’at dan lain sebagainya.
Dalam upaya penerapan ini, idealnya membutuhkan sarana yang
memadai, kalau bolehlah dikatakan, jika mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (
IPA ) membutuhkan sebuah labor, maka praktek ibadah sebenarnya juga membutuhkan
labor sebagai sarana penerapan praktek ibadah. Tentunya labor dalam makna yang
lebih luas.
Karena praktek ibadah ini berkaitan erat dengan pengamalan
ibadah itu sendiri, maka kiranya metode
yang tepat untuk memilih labor yang layak bagi siswa adalah keberadaan tempat,
kondisi dan situasi hendaknya benar-benar langsung nyata. Artinya, jika praktek
shalat, sarana yang mereka pakai hendaklah betul-betul sajadah dan ruangan
ibadah, seperti mushalla, sehingga ruh ibadah itu benar-benar terasa. Termasuk cara berpakaian yang mendekatkan
pemahaman akan materi tersebut, misalnya, praktek ibadah shalat bagi siswa
perempuan, mereka betul-betul hendaknya memakai mukena. Begitu juga dengan
wudhu’. Tak cukup hanya didemonstrasikan di depan kelas. Tapi siswa betul-betul
dituntut mempraktekkan cara berwudhu’ dengan air secara langsung sebagai media
dalam pelaksanaan wudhu’.
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh