MTs Panyinggahan Maninjau Dalam Memori

MTs Panyinggahan Maninjau Dalam Memori

Senin, 15 November 2010

Sejauhmanakah Keikhlasan Kita Menyerahkan Anak Kita Untuk Dididik Oleh Guru ???

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Puji Syukur hanya milik Allah Rabbul 'Izzati, Shalawat tercurah buat Rasulullah SAW

Kenapa ???... orang yang diamanahi mendidik generasi bangsa ...dikenal sebagai sebagai pahlawan tanpa tanda jasa ... kepada mereka tersandar harapan munculnya generasi-generasi gemilang ... malah sekarang posisi mereka terombang-ambing diantara kebingungan dalam menetapkan metode pendidikan yang tepat untuk diterapkan pada anak didik ... Hari ini selalu ada aturan yang dibuat untuk para pendidik yang lebih dikenal dengan sebutan guru ini, terutama mengenai bagaimana metode menyelesaikan masalah anak didik yang bermasalah. Pemberitaan yang paling santer adalah kecaman terhadap kekerasan yang dilakukan guru terhadap siswa selaku anak didik yang harus medapatkan pembinaan. Diantaranya adalah orang tua yang tidak rela anaknya dihukum jika melakukan kesalahan. Maka tidak lucu lagi jika sekarang ada guru yang dilaporkan kepihak kedinasan disaat dianggap melakukan kekerasan terhadap siswa, lalu guru tersebut diadili oleh atasannya.

Duhai ...
Adakah guru yang berniat mencelakakan siswanya, ... adakah guru yang ingin menzalimi siswanya karena melakukan kesalahan ??? Dan benarkah guru melakukan kekerasan ? Atau hanya kekerasan yang dimaknai sepihak oleh orang tua atau pihak-pihak tertentu yang memilki kepentingan terselubung di dalamnya ? Kitapun mungkin sama-sama menyadari bahwa dalam dunia pendidikan hukuman semata-mata hanyalah penanaman efek jera, agar siswa menyadari serta bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya, dan hukuman merupakan proses pembelajaran ... namun mengapa orang tua tidak rela jika anaknya mendapatkan hukuman dari guru ???

Perlu kita renungkan kiranya salah satu diantara metode pendidikan yang dikemukakan oleh Ar-Rasyid terhadap Khalaf bin Ahmar yang merupakan guru dari putranya Muhammad al Amin :

" O Ahmar, Amirul Mukminin telah mempercayakan anaknya kepada Anda, kehidupan jiwanya dan buah hatinya. Maka ulurkan tangan Anda padanya, dan jadikan dia taat pada Anda. Ambillah tempat disisinya yang telah Amirul Mukminin berikan kepada Anda. Ajari dia membaca al-Quran. Perkenalkan dia sejarah. Ajak dia meriwayatkan syiir-syiir dan ajari dia sunnah-sunnah Nabi. Beri dia wawasan bagaimana berbicara dan memulai suatu pembicaraan secara baik dan tepat. Larang dia tertawa, kecuali pada waktunya. Biasakan dia menghormati orang-orang tua Bani Hasyim yang bertemu dengannya, dan agar ia menghargai para pemuka militer yang datang ke majlisnya. Jangan biarkan waktu berlalu kecuali jika Anda gunakan untuk mengajarnya sesuatu yang berguna, tapi bukan dengan cara yang menjengkelkannya, cara yang dapat mematikan pikirannya. Jangan pula terlalu lemah lembut, bila umpamanya ia mencoba membiasakan hidup santai. Sebisa mungkin, perbaiki dia dengan kasih sayang dan lemah lembut. Jika dia tidak mau dengan cara itu, Anda harus mempergunakan kekerasan dan kekasaran."
( Dikutip dari : Karya Besar Ibn Khaldun, Diterjemahkan oleh Ahmadie Thoha dari Judul Asli : Muqaddimah dengan judul terjemahan : Muqaddimah Ibn Khaldun, Penerbit Pustaka Firdaus : 2000, Jakarta, halaman 764 )

Maka ... belajarlah dari pesan Ar-Rasyid ini, bagaimana nilai sebuah keikhlasan dalam menyerahkan anak kepada sang guru agar mendapatkan pendidikan yang layak. Jika tidak ... lebih baik dididik saja anak kita dirumah mengapa harus diserahkan kepada orang lain ? Kalau jawabannya tidak mampu ... ya ... hargailah kemampuan orang lain yakni guru yang mendidik anak kita.

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh